Dunia telah digemparkan dengan ancaman aliran sumber daya air dengan kondisi yang buruk akibat aktivitas industri dan buangan limbah. Ini tentunya menjadi fenomena yang sangat memprihatinkan ketika Anda sedang berjalan menikmati hijaunya daun, kemudian Anda melihat tumpukan sampah di sekeliling Anda hingga di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sangat mengganggu bukan? Sampah-sampah berserakan menyebabkan bau tidak sedap dan menyebarkan penyakit seperti malaria, diare hingga penyakit kulit. Apalagi air limbah itu dibuang ke sungai dan laut sehingga mencemari lingkungan sekitar. Jadinya dengan kondisi seperti ini membuat masyarakat tidak nyaman dan jauh dari kehidupan layak dengan pola hidup sehat.
Kebersihan air pastinya menjadi impian bagi seluruh masyarakat dimanapun Anda berada. Hingga tidak heran lagi, jika banyak negara di dunia ini berlomba-lomba memikirkan berbagai macam strategi demi mengalirnya pasokan air bersih. Pernahkah Anda membayangkan negara di dunia ini menyulap air yang dalam keadaan kotor akibat aktivitas industri dan buangan limbah menjadi air yang layak dikonsumsi? Mungkin banyak dari Anda yang bertanya-tanya kebenarannya karena seolah ini terlihat mustahil untuk bisa diimplementasikan. Tapi, fakta telah membongkar bahwa ada 3 negara di dunia ini yang berhasil mengelola air kotor limbah mereka menjadi air bersih. Hebat, bukan? Tentu saja!
Tapi, sudahkah Anda tahu negara mana saja yang digadang-gadang berhasil mengoptimalkan kreativitasnya dalam mengubah air kotor menjadi aliran air yang layak digunakan? Ini dia jawabannya!
Daftar Isi
ToggleRahasia Negara Dalam Mengolah Air Limbah Menjadi Air Bersih
Ada beberapa negara di belahan bumi ini yang sudah berhasil menyulap air limbah menjadi air bersih yang bisa dimanfaatkan oleh para penduduknya untuk berbagai keperluan. Negara mana saja itu?
Singapura
Sebagai negara kawasan bisnis di Asia Tenggara dan negara maju, Singapura terlebih dahulu berkreasi dalam mengelola air bersih. Tujuannya untuk memenuhi pasokan air yang dibutuhkan penduduknya yaitu lebih dari 2 juta debit air per hari, Negara Singa ini membangun four national taps atau empat keran nasional. Salah satunya adalah air reklamasi dengan kualitas tinggi yaitu NEWater Visitor Centre (NVC) yang terletak di Public Utilities Board, Scotts Road, Singapura.
Sistem NEWater ini akan beroperasi melalui tiga tahapan. Langkah awal dari proses ini adalah mengumpulkan air limbah akibat aktivitas pabrik untuk bersiap diolah secara standar. Air yang telah selesai diolah ini akan dikirim ke pabrik NEWater, dimana teknologi ini membutuhkan beberapa proses untuk memurnikan air yaitu mikrofiltrasi/ultrafiltrasi, Reverse Osmosis (RO), dan Desinfeksi Ultraviolet.
Proses pertama diawali dengan melakukan penyaringan dengan teknologi microfiltration (MF). Air akan disalurkan melalui lapisan khusus sehingga partikel padat dan protozoa disaring. Hasilnya adalah air dengan kandungan hanya larutan garam dan molekul organik saja. Kemudian, dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu Reverse Osmosis (RO). Proses ini berbeda dengan filtrasi, karena pada tahap RO akan digunakan membran semi-permeabel. Membran ini memiliki pori-pori yang sangat kecil sehingga hanya muat untuk partikel air saja. Jadi, zat seperti bakteri, virus, logam berat, nitrat, klorida akan otomatis terpental di membran ini. Di tahap akhir, air akan didesinfeksi menggunakan sinar UV untuk memastikan air telah masuk ke dalam kualitas yang ditetapkan oleh US EPA dan WHO. Air yang berada dalam tahap desinfeksi ini akan ditambah dengan sedikit unsur alkali untuk mengembalikan keseimbangan pH nya. Ketiga tahapan ini harus dilalui demi memastikan air yang terbebas dari kontaminan, mikroorganisme, bakteri maupun virus sehingga NEWater siap untuk disalurkan dan dimanfaatkan.
China
Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, China juga memiliki teknologi yang bisa digunakan untuk mengubah air dengan kualitas kotor menjadi layak digunakan. Proses pengolahan air ini dilakukan di Kota Korlan, tepatnya di kawasan sekitar selatan Xinjiang, China. Kota Korla ini memiliki kondisi alam yang sulit dan ekstrim, ternyata ada unit manajemen pengolahan air bernama Bazhou Keda Haorui Environment Investment Co Ltd.
Unit pengolahan ini digunakan untuk mengolah air got dan limbah yang sudah kotor dan bau untuk kemudian diolah. Setelah melalui proses yang panjang dan ketat untuk diolah, air akan berubah menjadi bersih dan bening. Meski air ini telah diolah sehingga kualitasnya terjamin, hasil olahannya tidak untuk diminum. Dalam hal ini, air dengan kualitas seperti air minum ini akan dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian dan perkebunan (menyiram bunga dan rumput).
Australia
Negara Australia juga turut menerapkan proses penjernihan air dan telah berhasil mengolah air kotor menjadi air bersih yang siap diminum. Pengolahan ini bernama Water Corporation yang dilakukan di Perth, dengan penggunaan fasilitas khusus. Dengan pengolahan air ini, Australia mengklaim mampu mengolah setiap air limbah di negara itu agar aman dikonsumsi secara layak. Setelah berhasil diolah di satu tempat, proyek ini pada akhirnya melebar di beberapa tempat di Australia. Alhasil, terdapat 14 miliar liter air yang dihasilkan di awal proyek dan kemudian meningkat hingga 28 liter air yang siap dikonsumsi per tahunnya. Jumlah ini berhasil digunakan tiap orang di negara Australia meskipun mengalami musim panas atau kemarau.
Hebat bukan negara diatas yang mampu mengolah air limbah menjadi air bersih? Tentu saja! Kalau Negara diatas saja bisa, artinya Indonesia pun bisa turut serta untuk menginisiasikan pengolahan air limbah menjadi air bersih sebagai bentuk menyayangi lingkungan. Pengolahan air limbah ini menjadi proses konservasi lingkungan yang diperlukan oleh bumi guna meminimalisir pencemaran air yang dapat menimbulkan penyakit hingga kematian. Dengan begitu, mengolah air limbah sama saja dengan menjaga sumber daya alam terpenting sehingga manusia yang tinggal di bumi selalu dalam keadaan aman, sehat dan terjaga.
Reference: