Air menjadi kebutuhan terpenting bagi setiap manusia. Tanpa air, organ tubuh manusia tidak dapat bekerja dengan baik, kesehatan tubuh dan kelangsungan hidup pun tidak terjamin. Tubuh manusia sendiri sebagian besar terdiri dari air, bahkan organ tubuh seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, mata, darah dan lainnya lebih dari 75% berisi kadar air.
Jadi kita sendiri bisa membayangkan jika manusia mengalami kekurangan air dalam tubuhnya, gejala seperti sakit kepala, sembelit dan gejala lainnya dapat menyerang tubuh manusia. Untuk itu, penyediaan air dengan kualitas bersih dan terjamin menjadi faktor mulia penentu kesehatan dan kesejahteraan manusia demi pemenuhan kebutuhan air dalam organ tubuh sekaligus mendukung kelangsungan hidup manusia.
Meskipun air yang setiap hari kalian konsumsi dan gunakan terlihat jernih dan bersih, bukan berarti air itu terbebas dari bakteri dan tidak mengandung zat berbahaya. Seperti yang dikutip oleh Pedoman Standar Air Minum yang dibuat oleh Badan Kesehatan Internasional (WHO), air layak konsumsi memiliki karakteristik ketika air tersebut diminum dan dikonsumsi tidak menghasilkan risiko apapun. Umumnya, semua jenis air mengandung mikroorganisme termasuk bakteri dan protozoa meskipun sebagian besar mungkin tidak terlalu bahaya, tetapi ada beberapa jenis bakteri yang sangat membahayakan kesehatan manusia, apalagi ketika air yang dikonsumsi telah dikontaminasi dan mengandung limbah-limbah kimia.
Daftar Isi
ToggleJenis Bakteri Berbahaya Dalam Air
Lalu, apa saja jenis bakteri berbahaya penyebab penyakit yang terdapat dalam air? Temukan jawabannya di bawah ini:
1. Escherichia coli
Bakteri ini dikenal dengan nama bakteri E.coli yang biasanya ditemukan di bagian bawah usus endotermik (organisme berdarah panas). Air yang telah terkontaminasi bakteri E.Coli bisa mengakibatkan gangguan kesehatan pada bagian saluran pencernaan yang mengundang penyakit diare terjadi. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), disebutkan bahwa syarat bakteri E.Coli pada minuman adalah 0, koloni per 100 ml.
2. Salmonella Enterica
Bakteri ini disebut-sebut sebagai penyebab utama yang hadir dalam makanan dan umumnya ditemukan di bagian organ pencernaan manusia dan hewan. Seseorang akan terinfeksi bakteri Salmonella jika air yang tercemar ini diminum sehingga memicu terjadinya gangguan pada saluran pencernaan. Gejalanya bisa berupa demam, sakit perut (bukan diare), mengalami dehidrasi ketika tubuh terinfeksi dan biasanya berlangsung selama 4 sampai 7 hari.
3. Virus Hepatitis A
Bagi kalian yang terkena virus ini, fungsi hati kalian akan menurun karena organ mengalami peradangan. Virus ini penularannya sangat mudah karena dapat menular melalui makanan yang terkontaminasi dengan orang yang sudah terinfeksi atau terkena virus hepatitis ini. Gejala dari virus hepatitis A ini antara lain mengalami demam, mata dan kulit menjadi kekuningan, hilangnya nafsu makan, kelelahan dan muncul rasa tidak nyaman di perut sebelah kanan dekat hati. Gejala ini tidak begitu saja timbul dan bisa kalian rasakan dalam tubuh kalian, tetapi gejala ini akan timbul beberapa minggu setelah tubuh kalian terinfeksi.
4. Bakteri Shigella
Menelan air yang sudah mengandung bakteri shigella dapat membahayakan tubuh kalian, karena bakteri masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan gangguan pencernaan manusia. Ketika sudah masuk ke dalam mulut, bakteri ini melepaskan racun enterotoxin dan kemudian membelah diri di usus kecil, lalu menyebar pada usus besar. Inilah yang menyebabkan kerusakan pada sel usus dan peradangan sehingga mengalami gejala kram dan diare parah.
5. Cryptosporidium
Bakteri ini bersumber dari air, makanan dan lingkungan yang sudah terkontaminasi ookista Cryptosporidium sp. Wabah ini dilaporkan telah menjadi yang terbesar di dunia pada tahun 1993 di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.
Wabah ini tersebar karena fasilitas air minum yang terkontaminasi ookista Cryptosporidium sehingga menyebabkan 100 orang meninggal dunia dan lebih dari 400.000 orang sakit. Adapun di tahun 2009-2017 tercatat sebanyak 444 wabah di 40 negara bagian Amerika dan Puerto Rico dengan total 7.465 kasus. Artinya, dari data yang tersaji, bakteri ini terbilang cukup bahaya karena menyerang usus dan membuat infeksi pada usus serta berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Mengantisipasi Bakteri Menular Melalui Air
Bakteri yang terkontaminasi dalam air dapat diantisipasi dan dicegah dengan klorinasi air, desinfeksi UV, dan ozonasi. Apa manfaat masing-masing metode alternatif ini? Simak penjelasan selengkapnya di artikel ini!
1. Klorinasi
Selama lebih dari 100 tahun, klorin telah dipercaya dalam desinfeksi air. Menurut Safe Drinking Water Foundation, klorinasi menjadi metode efektif dalam melakukan desinfeksi kontaminan lainnya yang juga mungkin terkandung dalam air. Proses nya pun sangat mudah diterapkan hanya dengan menambahkan klorin ke dalam air untuk membunuh kuman, parasit, bakteri dan virus karena klorin dapat menghilangkan kelebihan patogen secara cepat.
Kalian tidak perlu khawatir untuk menggunakan metode klorinasi ini karena United State Environmental Protection Agency (USEPA) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) sudah mendeklarasikan keamanan dalam penggunaan klorin untuk mendesinfeksi air minum dalam instalasi pengolahan air minum loh! Nah, para Sobat PDAM kalian pun tetap harus memantau kadar klorin yang masuk ya untuk memastikan tingkat residu klorin tetap dalam keadaan yang sesuai dengan standar peraturan desinfeksi sehingga klorin yang masuk tidak beraturan. Persyaratan batas klorin untuk air minum berdasarkan PerMenKes RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyatakan maksimum klorin adalah 5 mg/L, sedangkan menurut USEPA, maksimum 4 mg/L. Jangan sampai melewati batas itu ya Sobat PDAM!
2. Desinfeksi UV
Penggunaan UV telah hadir bagi masyarakat sejak tahun 1906 hingga hari ini. Ini karena penggunaannya yang sangat efektif dan efisien dalam membunuh bakteri patogen dan mampu mendesinfeksi air secara kontinu. Tapi, desinfeksi sinar UV untuk air minum pun harus memenuhi baku mutu dengan merujuk pada PerMenKes No. 492/2010 tentang persyaratan air minum yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna, memiliki TDS 500 mg/l dan memiliki tingkat kekeruhan 5 NTU.
3. Ozonisasi
Ozonisasi ini menjadi proses pengolahan air menggunakan ozon yang memiliki tiga atom oksigen dan memiliki sifat oksidator yang sangat kuat. Proses ozonisasi ini sangat efektif dalam membunuh kuman, bakteri, virus hingga kontaminan organik lainnya dalam air minum. Dari tahapan ozonisasi ini, terjadi reaksi kimia dimana zat kontaminan dalam air dimurnikan dengan lebih efisien. Selain itu juga terjadi proses penghilangan bau, rasa, hingga warna yang asing untuk air mineral.
Penelitian juga mengatakan lebih lanjut bahwa ozonisasi tidak menghasilkan residu kimia yang berbahaya bagi tubuh sehingga aman dan layak ketika akan dikonsumsi. Maka dari itu, banyak perusahaan air minum dalam kemasan menggunakan proses ini karena dikenal dengan efisiensi nya yang cukup baik dan kelayakannya teruji. Hal inilah yang membuat air minum dalam kemasan cenderung lebih teruji kualitasnya daripada air minum biasa.
Itulah deretan mikroorganisme berbahaya dalam air. Ngeri bukan Sobat PDAM? Nah, jadi penting untuk diingat bahwa air yang aman, layak dan teruji kebersihannya berarti air yang tidak terkontaminasi dan mengandung mikroorganisme. Untuk itu, pengolahan air dan sanitasi yang tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya kontaminasi air agar kesehatan kita tetap terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit.
Yuk jadilah masyarakat yang memiliki sifat seperti air: sederhana, murni dan sangat berharga. Artinya, kita harus memberantas setiap bakteri dalam air menggunakan pengolahan sederhana menggunakan filtrasi untuk menghasilkan air yang murni sehingga keberadaan air tetap berharga dalam kehidupan kita.
Reference :