Istilah FCR (Full Cost Recovery) merupakan salah satu variabel penting dalam manajemen keuangan yang harus dicapai oleh PDAM. Biaya FCR dikenakan pada pelanggan, namun banyak pelanggan yang belum mengetahui detail FCR. Yuk, pelajari FCR PDAM di artikel ini!
Baca juga: 3 Jenis Sumber Air yang ada di Dunia
Daftar Isi
TogglePengertian Full Cost Recovery
Full Cost Recovery atau Pemulihan Biaya Penuh merupakan tarif air minum yang ditetapkan PDAM untuk mendukung biaya operasional.
FCR diatur pada Permendagri (Peraturan Kementerian Dalam Negeri) No. 21 Tahun 2020 Pasal 5 ayat 1 dan 2 mengenai Pemulihan Biaya Secara Penuh, yang menyatakan bahwa:
- Pemulihan Biaya Penuh ditujukan untuk menutup kebutuhan operasional; dan
- Pemulihan Biaya Penuh ditetapkan berdasarkan perhitungan Tarif Rata-rata sama dengan Biaya Dasar.
Perhitungan Full Cost Recovery
Tarif rata-rata yang dimaksud ialah total pendapatan tarif dibagi total volume air terjual; sementara biaya dasar adalah biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi tiap meter kubik air minum. Biaya dasar dihitung berdasarkan dasar biaya usaha dibagi volume air yang terproduksi dan dikurangi volume kehilangan air faktual dalam 1 tahun.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumus FCR adalah:
Tarif Rata-rata: Total Pendapatan Tarif / Total Volume Air Terjual
Biaya Dasar: Jumlah Dasar Biaya Usaha / (Volume Air Terproduksi – [% NRW Faktual x Jumlah Produksi])
Maka,
Full Cost Recovery: Tarif Rata-rata > = Biaya Dasar
Aspek yang Diperhitungkan dalam Full Cost Recovery
Tarif Air
Penyesuaian tarif air merupakan hal yang menentukan pencapaian FCR setiap tahunnya. PDAM perlu menyesuaikan tarif dengan biaya operasional serta kebocoran faktual untuk menentukan FCR.
Masih banyak PDAM yang belum melakukan penyesuaian tarif PDAM setiap tahunnya. Selain itu, saat ini, batas minimal dan maksimal PDAM dapat ditentukan berdasarkan peraturan setiap daerah, sehingga mempermudah setiap PDAM untuk menyesuaikan tarif.
Baca juga: Air Minum dalam Kemasan, Kenali Jenisnya!
Kehilangan Air / Non Revenue Water
Kehilangan air merupakan fenomena di mana air yang diproduksi dan didistribusi tidak terhitung dalam rekening atau tidak menghasilkan pendapatan. Fenomena ini juga disebut kebocoran air. Kebocoran air yang tinggi akan menentukan harga Biaya Dasar dan tarif FCR yang makin tinggi pula.
Pada Permendagri No. 21 Tahun 2020, toleransi kehilangan air yang dihitung untuk menentukan FCR didasarkan pada hasil audit periode tahun sebelumnya, atau juga dikenal dengan kehilangan air faktual. Hal ini berbeda dengan peraturan sebelumnya (Permendagri No. 71 Tahun 2016), yang mentolerir kebocoran hingga 20 persen saja. Maka, perhitungan FCR dapat dilakukan dengan lebih akurat
Komponen Biaya Usaha
Biaya produksi atau dasar biaya usaha turut menentukan besaran FCR. Komponen-komponen yang dihitung dalam Biaya Usaha adalah biaya-biaya operasional, seperti a) biaya pegawai; b) biaya penyusutan; c) biaya listrik; d) biaya pemeliharaan, dan lain-lain. Selain itu, Target Produksi turut menentukan Komponen Biaya Usaha yang akan dijalankan.
Mengapa FCR Penting?
FCR penting karena beberapa alasan. Pertama, FCR merupakan tarif pemulihan atas biaya operasional dalam SPAM atau Sistem Penyediaan Air Minum. Dengan FCR, PDAM dapat meningkatkan pelayanan dalam berbagai aspek, seperti keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, efisiensi pemakaian air, rehabilitasi sarana prasarana, dan lain-lain.
Selain itu, penyesuaian tarif dengan FCR juga akan membantu menyehatkan laporan keuangan PDAM. Bahkan, PDAM yang tarifnya sudah mencapai FCR serta memiliki pelanggan di atas 10.000 orang cenderung ditentukan sebagai PDAM yang sehat.
Baca juga: 5 Bentuk Struktur Organisasi Perusahaan